Tiap Kecamatan di Kuningan Perlu Kampung Siaga Bencana
Pemerintahan, Utama 08.47
Akibat sering terjadinya bencana alam di Kab.Kuningan yang setiap tahunnya menelan korban sudah dipandang perlu membentuk Kampung Siaga Bencana (KSB) di setiap kecamatan, yang merupakan aplikasi dari Community Base Disaster Management di mana masyarakat ditempatkan sebagai subjek atau pelaku dalam penanggulangan bencana.
Keberadaan KSB sangat strategis terutama di kantong-kantong daerah langganan bencana, karena selain sudah siap bila terjadi bencana juga sangat potensial digunakan untuk kegiatan sosial lainnya. “Terus terang, kami baru memiliki satu Kampung Siaga Bencana yakni di Desa Buni Geulis, Kec. Hantara, Kab.Kuningan, padahal idealnya setiap kecamatan minimal satu KSB,” kata Kepala Dinas Sosial dan Tenaga Kerja (Dinsosnaker) Kab.Kuningan, Drs. Dian Rachmat Yanuar, saat ditemui “PRLM” di ruang kerjanya, Selasa (25/1).
Berdasarkan data di tingkat nasional, kata Dian, Kab.Kuningan, termasuk daerah yang rawan terjadinya bencana namun diikuti dengan kesiapan dan kesigapan pemerintah daerah khususnya Dinsosnaker. Dibentuknya KSB minimal di satu desa di setiap kecamatan, diharapkan mampu mengurangi risiko bencana yang lebih parah, karena penanggulangannya berbasis masyarakat setempat. Namun, untuk membentuk KSB itu diperlukan dana tidak sedikit terutama untuk melengkapi fasilitas dan sarana prasarana yang memadai.
Menurut Dian, alasan perlu dibentuknya KSB di 32 kecamatan, karena Kuningan merupakan salah satu wilayah di Jawa Barat yang mempunyai potensi serta kejadian bencana yang relatif tinggi setiap tahunnya, terutama ancaman tanah longsor di 14 kecamatan yang terletak di wilayah bagian timur, selatan dan barat akibat tanahnya labil.
Berdasarkan data yang diperoleh, selama tahun 2010 ybl di Kab.Kuningan, tercatat 66 kali terjadi bencana alam berupa tanah longsor, angin puting beliung, banjir dan sambaran petir yang mengakibatkan 380 rumah penduduk tersebar di 20 desa meliputi 14 kecamatan yang dihuni 1.635 jiwa, hancur dan rusak berat serta terancam longsor susulan dengan kerugian ditaksir mencapai Rp 1,4 miliar.
Dian mengakui, bencana alam yang terjadi di Kab.Kuningan sepanjang tahun 2010, sangat ekstrim sehingga banyak rumah penduduk maupun fasilitas lain yang rusak bila dibanding tahun-tahun sebelumnya. Di sisi lain, kemampuan APBD Kuningan sangat terbatas sehingga penanganannya pun sangat terbatas.
Untuk tahun anggaran 2011, Dinsosnaker memperoleh anggaran dari APBD (Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah) Kuningan sebesar Rp 100 juta untuk tanggap darurat dan Rp 300 juta untuk BBR (Bantuan Bahan Rumah). “Idealnya dianggarkan Rp 1 miliar, sehingga bisa meringankan penderitaan para korban. Hal ini penting, kasihan rakyat,” katanya
Keberadaan KSB sangat strategis terutama di kantong-kantong daerah langganan bencana, karena selain sudah siap bila terjadi bencana juga sangat potensial digunakan untuk kegiatan sosial lainnya. “Terus terang, kami baru memiliki satu Kampung Siaga Bencana yakni di Desa Buni Geulis, Kec. Hantara, Kab.Kuningan, padahal idealnya setiap kecamatan minimal satu KSB,” kata Kepala Dinas Sosial dan Tenaga Kerja (Dinsosnaker) Kab.Kuningan, Drs. Dian Rachmat Yanuar, saat ditemui “PRLM” di ruang kerjanya, Selasa (25/1).
Berdasarkan data di tingkat nasional, kata Dian, Kab.Kuningan, termasuk daerah yang rawan terjadinya bencana namun diikuti dengan kesiapan dan kesigapan pemerintah daerah khususnya Dinsosnaker. Dibentuknya KSB minimal di satu desa di setiap kecamatan, diharapkan mampu mengurangi risiko bencana yang lebih parah, karena penanggulangannya berbasis masyarakat setempat. Namun, untuk membentuk KSB itu diperlukan dana tidak sedikit terutama untuk melengkapi fasilitas dan sarana prasarana yang memadai.
Menurut Dian, alasan perlu dibentuknya KSB di 32 kecamatan, karena Kuningan merupakan salah satu wilayah di Jawa Barat yang mempunyai potensi serta kejadian bencana yang relatif tinggi setiap tahunnya, terutama ancaman tanah longsor di 14 kecamatan yang terletak di wilayah bagian timur, selatan dan barat akibat tanahnya labil.
Berdasarkan data yang diperoleh, selama tahun 2010 ybl di Kab.Kuningan, tercatat 66 kali terjadi bencana alam berupa tanah longsor, angin puting beliung, banjir dan sambaran petir yang mengakibatkan 380 rumah penduduk tersebar di 20 desa meliputi 14 kecamatan yang dihuni 1.635 jiwa, hancur dan rusak berat serta terancam longsor susulan dengan kerugian ditaksir mencapai Rp 1,4 miliar.
Dian mengakui, bencana alam yang terjadi di Kab.Kuningan sepanjang tahun 2010, sangat ekstrim sehingga banyak rumah penduduk maupun fasilitas lain yang rusak bila dibanding tahun-tahun sebelumnya. Di sisi lain, kemampuan APBD Kuningan sangat terbatas sehingga penanganannya pun sangat terbatas.
Untuk tahun anggaran 2011, Dinsosnaker memperoleh anggaran dari APBD (Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah) Kuningan sebesar Rp 100 juta untuk tanggap darurat dan Rp 300 juta untuk BBR (Bantuan Bahan Rumah). “Idealnya dianggarkan Rp 1 miliar, sehingga bisa meringankan penderitaan para korban. Hal ini penting, kasihan rakyat,” katanya
Sumber : Pikiran Rakyat
JADILAH ORANG PERTAMA YANG MENGOMENTARI :
Dikirim oleh Bang Apooh
pada 08.47.
dan Dikategorikan pada
Pemerintahan,
Utama
.
Kamu dapat meninggalkan komentar atau pesan terkait berita / artikel diatas