Segarnya Udara di Palutungan, ”Lembang”-nya Kuningan
Cigugur, Pariwisata, Utama 10.53
JALAN-JALAN ke Kabupaten Kuningan, orang biasanya akan menyempatkan diri untuk singgah di beberapa tempat yang selama ini sudah dikenal sebagai ikon wisata daerah tersebut. Sebut saja situs sejarah Linggarjati, pemandian air panas Sangkanhurip, kolam hikan Cibulan dan Cigugur, Waduk Darma, atau Talaga Remis.
Di luar nama-nama yang sudah populer di atas, Kuningan juga masih menyimpan objek wisata yang jika ditata dan dipromosikan lebih baik, bisa menjadi daerah tujuan wisata andalan. Salah satunya adalah daerah Palutungan, yang oleh beberapa kalangan sering disebut-sebut sebagai ”Lembang”-nya Kab. Kuningan. Hanya, untuk para wisatawan luar daerah, Palutungan masih belum dikenal.
Selama ini, nama Palutungan sebenarnya cukup menjadi tempat favorit untuk berkemah dan rendezvous anak-anak muda. Tiap akhir pekan dan liburan, Palutungan selalu dipadati para remaja dan anak-anak sekolah yang datang dari Kabupaten Kuningan, Majalengka, Cirebon, bahkan Tegal (Jawa Tengah). Mereka ke sana untuk berkemah selama satu atau dua hari. Sebagian lagi sekadar mencari suasana bersama kekasih.
Belakangan, Palutungan juga menjadi area outbound dan gathering dengan kelengkapan memadai untuk melatih ketangkasan dan uji nyali, seperti flying fox. Fasilitas umumnya juga relatif sudah lengkap seperti tempat parkir yang luas, toilet, sarana ibadah, warung jajanan, pusat informasi, hingga area botram yang nyaman. Untuk keperluan komunikasi, sinyal telefon seluler dari sejumlah operator tergolong cukup kuat, sehingga sangat membantu wisatawan.
Terletak di punggung Gunung Ciremai (gunung tertinggi di Jawa Barat) pada ketinggian 1.100 meter di atas permukaan air laut (mdpl), Palutungan mampu memberi sensasi tersendiri. Di Palutungannya sendiri, kita bisa menikmati suasana alam khas pegunungan, perpaduan antara kesejukan udara, jejeran pohon pinus merkusi, dan kicau burung yang hinggap di dahan pepohonan. Semuanya bisa membuat pikiran segar kembali.
Pemandangan khas lainnya yang dijumpai di Palutungan adalah seringnya kabut turun menyelimuti kawasan tersebut. Selimut kabut itu datang nyaris tak mengenal waktu atau musim. Baik pagi, siang, sore, maupun malam, kabut bisa tiba-tiba turun. Memang turunnya kabut kerap menciptakan suasana horor dan magis. Namun, pada saat yang sama juga menampilkan pemandangan spektakuler yang sulit dijelaskan dengan kata-kata.
Jika ingin menikmati permainan air, kita juga tak perlu repot karena tak jauh dari lokasi perkemahan, terdapat sebuah curug (air terjun) yang cukup indah pemandangannya. Air terjun yang lebih dikenal sebagai Curug Putri itu terletak di lembah sebelah timur dan hanya berjarak sekitar lima ratus meter dari area perkemahan. Curug Putri termasuk area favorit yang banyak dikunjungi remaja dan keluarga.
Salah satu daya tarik curug setinggi delapan meter itu adalah adanya kepercayaan bahwa air curug tersebut mengandung khasiat obat, khususnya rematik dan penyakit tulang. Ada juga yang percaya, air Curug Putri yang bersumber dari mata air di gunung Ciremai itu bisa mengobati 1.001 macam penyakit. Di samping itu, air curug juga dipercaya memiliki khasiat mempermudah dapat jodoh. Jika orang sering mandi dan membasuh muka dengan air Curug Putri, orang itu dipercaya bakal segera dapat jodoh.
Nama Curug Putri itu sendiri berasal dari legenda yang menyebutkan bahwa tempat itu merupakan pemandian para putri dari kahyangan, tempat para bidadari turun ke bumi. Saat ada hujan gerimis dan matahari bersinar, dari Curug Putri kita bisa melihat bentang pelangi yang diyakini oleh sebagian masyarakat sebagai jembatan bagi turunnya para bidadari nan cantik jelita dari kahyangan ke bumi.
Tidaklah mengherankan jika banyak pengunjung yang datang ke Curug Putri sengaja membiarkan tubuhnya tertumbuk air terjun, berendam, dan menceburkan diri ke dalam kolam yang dibuat berundak-undak, atau sekadar membasuh muka dengan air curug. ”Ya, itu kan hanya mitos. Saya sendiri mandi air terjun bukan untuk cari jodoh, tetapi karena seneng aja,” tutur Mulyana, remaja asal Kecamatan Cipicung, Kab. Kuningan.
Selain itu, Palutungan juga diklaim sebagai tempat terbaik untuk bisa menyaksikan pemandangan indah dan spektakuler. Hal itu dimungkinkan karena dari Palutungan kita bisa menyapu pandang ke tempat-tempat yang ada di posisi lebih bawah. Ke arah timur, kita bisa menyaksikan Kota Kuningan dan daerah-daerah sekitarnya. Ke arah selatan, Waduk Darma dengan genangan airnya bisa kita nikmati. Ke arah barat, kita bisa menyaksikan sebagian Majalengka. Sementara ke arah utara, kita bisa melihat Laut Jawa dan Pantai Cirebon.
Berlokasi di Kampung Malaraman, Desa Cisantana, Kecamatan Cigugur, Kabupaten Kuningan, Palutungan relatif mudah untuk dijangkau. Jalanan beraspal yang tak terlalu lebar, cukup memadai untuk dilalui berbagai jenis kendaraan, baik roda dua maupun empat. Dari Kota Kuningan, sebelum sampai di Palutungan, pengunjung akan melewati dua objek wisata yang selama ini sudah dikenal yakni pemandian Cigugur dan Goa Maria Cisantana.
Untuk mencapai lokasi yang berjarak sekitar sembilan kilometer ke arah barat dari Kota Kuningan itu, para pengunjung harus melewati jalan yang berkelok dan mendaki. Oleh karena itu, para pengunjung dituntut ekstra hati-hati, terutama saat musim hujan. Selain beberapa ruas cukup terjal dan jalan tak terlalu lebar, saat musim hujan, jalanan relatif licin.
Saat menuju Palutungan, karena jalanan menanjak, pengendara (sepeda motor dan mobil) mesti sering ”bermain” dengan gigi rendah. Sebaliknya, saat pulang dari Palutungan, karena menurun, pengendara harus sering-sering menginjak rem. Dengan kondisi seperti itu, jika ingin ke Palutungan, sangat disarankan menggunakan kendaraan yang bugar dan dalam kondisi baik. Sebaiknya dihindari penggunaan kendaraan jenis sedan.
Meskipun demikian, bagi sebagian pengunjung, kondisi jalanan yang berkelok-kelok, justru menghadirkan sensasi tersendiri. Di samping bisa menikmati kelokan jalan, selama perjalanan ke Palutungan, kita akan menikmati aroma khas pegunungan, yakni berupa harum segar aroma daun bawang, wortel, seledri, dan beragam jenis sayuran, yang campur aduk dengan ”aroma” kotoran kerbau/sapi yang digunakan petani untuk memupuk lahan mereka. Yang pasti, udara Palutungan memang menyegarkan dan menyehatkan. Apalagi bagi kita yang hidup di kota, di mana keseharian kita tak bisa lepas dari kontaminasi polusi yang membahayakan kesehatan. (PR online/pooh)
Di luar nama-nama yang sudah populer di atas, Kuningan juga masih menyimpan objek wisata yang jika ditata dan dipromosikan lebih baik, bisa menjadi daerah tujuan wisata andalan. Salah satunya adalah daerah Palutungan, yang oleh beberapa kalangan sering disebut-sebut sebagai ”Lembang”-nya Kab. Kuningan. Hanya, untuk para wisatawan luar daerah, Palutungan masih belum dikenal.
Selama ini, nama Palutungan sebenarnya cukup menjadi tempat favorit untuk berkemah dan rendezvous anak-anak muda. Tiap akhir pekan dan liburan, Palutungan selalu dipadati para remaja dan anak-anak sekolah yang datang dari Kabupaten Kuningan, Majalengka, Cirebon, bahkan Tegal (Jawa Tengah). Mereka ke sana untuk berkemah selama satu atau dua hari. Sebagian lagi sekadar mencari suasana bersama kekasih.
Belakangan, Palutungan juga menjadi area outbound dan gathering dengan kelengkapan memadai untuk melatih ketangkasan dan uji nyali, seperti flying fox. Fasilitas umumnya juga relatif sudah lengkap seperti tempat parkir yang luas, toilet, sarana ibadah, warung jajanan, pusat informasi, hingga area botram yang nyaman. Untuk keperluan komunikasi, sinyal telefon seluler dari sejumlah operator tergolong cukup kuat, sehingga sangat membantu wisatawan.
Terletak di punggung Gunung Ciremai (gunung tertinggi di Jawa Barat) pada ketinggian 1.100 meter di atas permukaan air laut (mdpl), Palutungan mampu memberi sensasi tersendiri. Di Palutungannya sendiri, kita bisa menikmati suasana alam khas pegunungan, perpaduan antara kesejukan udara, jejeran pohon pinus merkusi, dan kicau burung yang hinggap di dahan pepohonan. Semuanya bisa membuat pikiran segar kembali.
Pemandangan khas lainnya yang dijumpai di Palutungan adalah seringnya kabut turun menyelimuti kawasan tersebut. Selimut kabut itu datang nyaris tak mengenal waktu atau musim. Baik pagi, siang, sore, maupun malam, kabut bisa tiba-tiba turun. Memang turunnya kabut kerap menciptakan suasana horor dan magis. Namun, pada saat yang sama juga menampilkan pemandangan spektakuler yang sulit dijelaskan dengan kata-kata.
Jika ingin menikmati permainan air, kita juga tak perlu repot karena tak jauh dari lokasi perkemahan, terdapat sebuah curug (air terjun) yang cukup indah pemandangannya. Air terjun yang lebih dikenal sebagai Curug Putri itu terletak di lembah sebelah timur dan hanya berjarak sekitar lima ratus meter dari area perkemahan. Curug Putri termasuk area favorit yang banyak dikunjungi remaja dan keluarga.
Salah satu daya tarik curug setinggi delapan meter itu adalah adanya kepercayaan bahwa air curug tersebut mengandung khasiat obat, khususnya rematik dan penyakit tulang. Ada juga yang percaya, air Curug Putri yang bersumber dari mata air di gunung Ciremai itu bisa mengobati 1.001 macam penyakit. Di samping itu, air curug juga dipercaya memiliki khasiat mempermudah dapat jodoh. Jika orang sering mandi dan membasuh muka dengan air Curug Putri, orang itu dipercaya bakal segera dapat jodoh.
Nama Curug Putri itu sendiri berasal dari legenda yang menyebutkan bahwa tempat itu merupakan pemandian para putri dari kahyangan, tempat para bidadari turun ke bumi. Saat ada hujan gerimis dan matahari bersinar, dari Curug Putri kita bisa melihat bentang pelangi yang diyakini oleh sebagian masyarakat sebagai jembatan bagi turunnya para bidadari nan cantik jelita dari kahyangan ke bumi.
Tidaklah mengherankan jika banyak pengunjung yang datang ke Curug Putri sengaja membiarkan tubuhnya tertumbuk air terjun, berendam, dan menceburkan diri ke dalam kolam yang dibuat berundak-undak, atau sekadar membasuh muka dengan air curug. ”Ya, itu kan hanya mitos. Saya sendiri mandi air terjun bukan untuk cari jodoh, tetapi karena seneng aja,” tutur Mulyana, remaja asal Kecamatan Cipicung, Kab. Kuningan.
Selain itu, Palutungan juga diklaim sebagai tempat terbaik untuk bisa menyaksikan pemandangan indah dan spektakuler. Hal itu dimungkinkan karena dari Palutungan kita bisa menyapu pandang ke tempat-tempat yang ada di posisi lebih bawah. Ke arah timur, kita bisa menyaksikan Kota Kuningan dan daerah-daerah sekitarnya. Ke arah selatan, Waduk Darma dengan genangan airnya bisa kita nikmati. Ke arah barat, kita bisa menyaksikan sebagian Majalengka. Sementara ke arah utara, kita bisa melihat Laut Jawa dan Pantai Cirebon.
Berlokasi di Kampung Malaraman, Desa Cisantana, Kecamatan Cigugur, Kabupaten Kuningan, Palutungan relatif mudah untuk dijangkau. Jalanan beraspal yang tak terlalu lebar, cukup memadai untuk dilalui berbagai jenis kendaraan, baik roda dua maupun empat. Dari Kota Kuningan, sebelum sampai di Palutungan, pengunjung akan melewati dua objek wisata yang selama ini sudah dikenal yakni pemandian Cigugur dan Goa Maria Cisantana.
Untuk mencapai lokasi yang berjarak sekitar sembilan kilometer ke arah barat dari Kota Kuningan itu, para pengunjung harus melewati jalan yang berkelok dan mendaki. Oleh karena itu, para pengunjung dituntut ekstra hati-hati, terutama saat musim hujan. Selain beberapa ruas cukup terjal dan jalan tak terlalu lebar, saat musim hujan, jalanan relatif licin.
Saat menuju Palutungan, karena jalanan menanjak, pengendara (sepeda motor dan mobil) mesti sering ”bermain” dengan gigi rendah. Sebaliknya, saat pulang dari Palutungan, karena menurun, pengendara harus sering-sering menginjak rem. Dengan kondisi seperti itu, jika ingin ke Palutungan, sangat disarankan menggunakan kendaraan yang bugar dan dalam kondisi baik. Sebaiknya dihindari penggunaan kendaraan jenis sedan.
Meskipun demikian, bagi sebagian pengunjung, kondisi jalanan yang berkelok-kelok, justru menghadirkan sensasi tersendiri. Di samping bisa menikmati kelokan jalan, selama perjalanan ke Palutungan, kita akan menikmati aroma khas pegunungan, yakni berupa harum segar aroma daun bawang, wortel, seledri, dan beragam jenis sayuran, yang campur aduk dengan ”aroma” kotoran kerbau/sapi yang digunakan petani untuk memupuk lahan mereka. Yang pasti, udara Palutungan memang menyegarkan dan menyehatkan. Apalagi bagi kita yang hidup di kota, di mana keseharian kita tak bisa lepas dari kontaminasi polusi yang membahayakan kesehatan. (PR online/pooh)
JADILAH ORANG PERTAMA YANG MENGOMENTARI :
Dikirim oleh Bang Apooh
pada 10.53.
dan Dikategorikan pada
Cigugur,
Pariwisata,
Utama
.
Kamu dapat meninggalkan komentar atau pesan terkait berita / artikel diatas