Serangan Parasit Darah Ancam Ternak Sapi

TOTO SANTOSA/’’PRLM’’Kebiasaan peternak di Kabupaten Kuningan yang melepas ternak sapinya di kebun atau tanah kehutanan berbulan-bulan tanpa dikandangkan, tampaknya sudah berjalan puluhan tahun bahkan sudah menjadi budaya yang turun menurun. Setiap ternak, diganteli kalung berupa kolotok pada lehernya, sebagai tanda si pemilik sekaligus untuk memudahkan pencarian saat di hutan, karena apabila sapi bergerak (jalan) kolotok yang terbuat dari kayu akan bunyi.

Para pemilik ternak, hanya datang ke tempat dimana ternak sapinya dilepas untuk memastikan hewan piaraannya ada dan sehat. Jika sudah cukup umur dan layak jual, maka sapi miliknya itu baru dibawa ke perkampungan dan dijual ke pasar ternak. “Pola beternak seperti ini memang meringankan para peternak, tetapi sangat rentan terhadap serangan penyakit seperti parasit darah yang bisa mematikan,” tutur Kepala Dinas Pertanian Peternakan dan Perikanan Kab. Kuningan, Hj. Triastami, yang disampaikan Kepala Bidang Peternakan, Ir.Tatang Rustandi, Selasa (25/9).

Berdasarkan data yang diperoleh, serangan penyakit parasit darah yang ditakutkan para ternak sapi, terjadi pada Januari yang lalu dan sedikitnya terdapat 10 ekor sapi milik beberapa petani di Desa Sukasari Kec. Karangkancana mati mendadak. Atas kejadian yang mengejutkan peternak itu, pemilik sapi antara lain Taslim, Makidi, Warja dan kawan-kawan kaget dibuatnya karena baru kali pertama sapi peliharaannya mati secara tiba-tiba. 

Mereka kemudian bergegas melaporkan kejadian tersebut ke aparat desa setempat dan petugas Puskeswan (Pusat Kesehatan Hewan) Kuningan, datang ke lokasi tersebut untuk segera melakukan penanganan agar serangan penyakit tidak meluas dan menular ke hewan lainnya. Hal itu dikhawatirkan penyakit tersebut berjangkit ke sapi lainnya, karena di Desa Sukasari terdapat sekitar 800 ekor sapi potong tersebar di bukit-bukit.

Disebutkan Tatang, ia dan jajarannya selain secara periodik memberikan penyuluhan dan sosialisasi tentang bahayanya penyakit parasit darah bagi ternak sapi, juga secara bertahap melakukan program IB (Inseminasi Buatan) atau kawin suntik sehingga sapi betina harus dipelihara di kandang tidak lagi di lepas bebas di hutan.
Ternak sapi yang dipelihara di kandang, kata Tatang yang didampingi petugas kesehatan hewan drh.Rofiq, setidaknya akan mempermudah melakukan pemeriksaan sekaligus pengobatan jika terserang penyakit. “Sapi yang dipelihara bebeas di hutan, sangat sulit mencarinya apalagi menangkapnya sehingga diperlukan cukup waktu dan kesabaran. Ketika ada sapi yang terserang parasit darah, baru bisa diperika dan diobati pada malam hari karena sapi-sapai itu umumnya diam,” ujar, Rofiq.

Populasi ternak yang ada di Kabupaten Kuningan, setiap tahunnya menunjukkan peningkatan antara 10-15%. Jumlah populasi sapi saat ini tercatat 27.000 ekor, kerbau 7.000 ekor, domba 128.000 ekor, kambing 10.000 ekor dan sapi perah sekitar 6.000 ekor. “Jadi untuk persediaan hewan kurban tahun 1433 H ini, Kuningan dinilai cukup,” ujar Tatang.(A-164/A-147)***


Sumber : pikiran-rakyat.com 

 

JADILAH ORANG PERTAMA YANG MENGOMENTARI :



Dikirim oleh Unknown pada 00.23. dan Dikategorikan pada , . Kamu dapat meninggalkan komentar atau pesan terkait berita / artikel diatas

0 komentar untuk Serangan Parasit Darah Ancam Ternak Sapi

Tinggalkan Komentar

BOGOR

.

BEKASI

Pengunjung Online

Jumlah Pengunjung

2010 Lintas Kuningan. All Rights Reserved. - Designed by Lintas Kuningan