Dari Linggarjati Terbitlah Zaman Baru (Bag-I)
Pariwisata, Pemerintahan, Utama 11.28
perundingan yang diselenggarakan Bangsa Indonesia dalam memperoleh statusnya sebagai bangsa yang merdeka. Perundingan yang diselenggarakan di Desa Linggajati, Kecamatan Cilimus, Kabupaten Kuningan, adalah sebagian dari rangkaian perundingan yang dilakukan Kabinet Sjahrir dengan komisi Jenderal, sebagai wakil Pemerintah Kerajaan Belanda. Perundingan ini sebenarnya bukan merupakan perundingan pertama antara Bangsa Indonesia dan Belanda, tetapi perundingan ini benar-benar mempunyai makna yang sangat penting dalam sejarah Indonesia.
Makna penting Perundingan Linggarjati ada beberapa hal. Pertama, tatanan dunia yang berlaku pada saat pasca Perang Dunia Kedua yang direfleksikan dalam Piagam PBB, berbeda dengan tatanan nasional Indonesia yang bercermin dalam Uud 1945.
Hak self-determination (menentukan nasib sendiri tidak dimaksudkan untuk merdeka. Kemerdekaan dimungkinkan apabila negara penjajah dapat menyetujui melalui sebuah kesepakatan, sedangkan kalau pihak yang lain tidak setuju, maka kemerdekaan itu tidak akan ada.
Kedua, Perundingan Linggarjati menunjukkan bahwa adanya satu visi yang sama dari para pemimpin Bangsa Indonesia saat itu dalam menghadapi Belanda. Walauppun Perundingan Linggarjati adalah produk Kabinet Syahrir, tetapi Presiden Soekarno memberikan dukungan yang luar biasa dengan mempertaruhkan reputasi dan jabatannya, baik dalam berhadapan dengan KNIP maupun dengan rakyat Indonesia.
Ketiga, Perundingan Linggarjati adalah kesepakatan internasional pertama yang dihasilkan Republik Indonesia. Perjanjian ini dilakukan oleh delegasi RI dan Belanda, tanpa campur tangan pihak ketiga.
Keempat, Perundingan Linggarjati menjadi modal dalam perjuangan diplomasi Indonesia dalam menghadapi Belanda. Perundingan Renville dan KMB pada dasarnya mempunyai inti yang tidak terlalu jauh berbeda dengan Perundingan Linggarjati.
Sebagai sebuah perjanjian yang sangat penting karena akan menentukan nasib dua bangsa, Perjanjian Linggarjati dapat dikatakan mendapat persetujuan dalam waktu relatif singkat. Ini sebuah prestasi luar biasa bagi Bangsa Indonesia.
Bandingkan dengan perjanjian antara Palestina dengan Israel yang sudah memakan waktu berpuluh-puluh tahun atau perjanjian antara Kaum Tamil dengan pemerintah Sri Langka. Mengapa Bung Karno dan Bung Hatta serta-merta menyetujui perjanjian ini, padahal kedua delegasi belum selesai dalam pembicaraannya?
Benarkah bayang-bayang perang yang membuat keduanya menyetujui perjanjian itu? Bukankah Belanda akhirnya tetap menyerbu Jogja dengan alasan merupakan polisionil.*. (Bersambung)
Hak self-determination (menentukan nasib sendiri tidak dimaksudkan untuk merdeka. Kemerdekaan dimungkinkan apabila negara penjajah dapat menyetujui melalui sebuah kesepakatan, sedangkan kalau pihak yang lain tidak setuju, maka kemerdekaan itu tidak akan ada.
Kedua, Perundingan Linggarjati menunjukkan bahwa adanya satu visi yang sama dari para pemimpin Bangsa Indonesia saat itu dalam menghadapi Belanda. Walauppun Perundingan Linggarjati adalah produk Kabinet Syahrir, tetapi Presiden Soekarno memberikan dukungan yang luar biasa dengan mempertaruhkan reputasi dan jabatannya, baik dalam berhadapan dengan KNIP maupun dengan rakyat Indonesia.
Ketiga, Perundingan Linggarjati adalah kesepakatan internasional pertama yang dihasilkan Republik Indonesia. Perjanjian ini dilakukan oleh delegasi RI dan Belanda, tanpa campur tangan pihak ketiga.
Keempat, Perundingan Linggarjati menjadi modal dalam perjuangan diplomasi Indonesia dalam menghadapi Belanda. Perundingan Renville dan KMB pada dasarnya mempunyai inti yang tidak terlalu jauh berbeda dengan Perundingan Linggarjati.
Sebagai sebuah perjanjian yang sangat penting karena akan menentukan nasib dua bangsa, Perjanjian Linggarjati dapat dikatakan mendapat persetujuan dalam waktu relatif singkat. Ini sebuah prestasi luar biasa bagi Bangsa Indonesia.
Bandingkan dengan perjanjian antara Palestina dengan Israel yang sudah memakan waktu berpuluh-puluh tahun atau perjanjian antara Kaum Tamil dengan pemerintah Sri Langka. Mengapa Bung Karno dan Bung Hatta serta-merta menyetujui perjanjian ini, padahal kedua delegasi belum selesai dalam pembicaraannya?
Benarkah bayang-bayang perang yang membuat keduanya menyetujui perjanjian itu? Bukankah Belanda akhirnya tetap menyerbu Jogja dengan alasan merupakan polisionil.*. (Bersambung)
Sumber : Kuningan Media
JADILAH ORANG PERTAMA YANG MENGOMENTARI :
Dikirim oleh Bang Apooh
pada 11.28.
dan Dikategorikan pada
Pariwisata,
Pemerintahan,
Utama
.
Kamu dapat meninggalkan komentar atau pesan terkait berita / artikel diatas