Berkunjung ke Daerah Perbatasan Kuningan
Seni Budaya 10.38
SEPINTAS tidak akan ada yang mengira jika di lereng Gunung Bongkok wilayah Kecamatan Salem, Kabupaten Brebes, Jawa Tengah, ada satu perkampungan penduduk. Desa Capar, nama perkampungan itu merupakan daerah terpencil yang berbatasan dengan Kabupaten Kuningan Jawa-Barat.
Kendati merupakan daerah terpencil, namun kondisi perkampungan itu tidak jauh berbeda dengan desa-desa lainnya, karena sudah didukung oleh sarana insfrastruktur yang memadai. Contohnya jalan desa yang sudah diaspal, bangunan sekolah dasar, kantor kepala desa, penerangan listrik dan sarana lainnya.
Entah sejak kapan kawasan hutan Gunung Bongkok itu menjadi satu perkampungan yang kini sudah menjadi desa yang berpenduduk 700 jiwa 200 kepala keluarga (KK) itu. Yang jelas, Desa Capar memiliki keunikan dimana masyarakat setempat menggunakan bahasa pengantar sehari-hari yakni bahasa Sunda.
“Kalau bicara wilayah memang kami warga Jawa Tengah, tapi kami sudah terbiasa menggunakan bahasa Sunda dan mengenal budaya daerah Sunda,” kata Kemed (40), warga Desa Capar.
Berdasarkan keterangan warga, dulu Desa Capar pernah dikosongkan karena situasi saat itu tidak aman. Banyak warga yang merasa ketakutan dari berbagai rongrongan dari pihak yang mengacaukan situasi, sehingga mereka terpaksa harus mengosongkan perkampungan.
Mereka mengungsi ke daerah Cibingbin Kabupaten Kuningan, yang secara geografis letaknya berada di bawah kawasan Gunung Bongkok. Setelah situasi aman, mereka pun kembali pulang ke kampung halamannya.
Di desa ini mereka mengolah lahan pertanian, berdagang dan meemproduksi gula merah. Hasil produk gula merah, mereka jual ke pasar Cibingbin, Kabupaten Kuningan. Biasanya mereka berjalan menelusuri hutan, karena dianggap lebih dekat dibanding harus ke pusat Kecamatan Salem.
Kendati merupakan daerah terpencil, namun kondisi perkampungan itu tidak jauh berbeda dengan desa-desa lainnya, karena sudah didukung oleh sarana insfrastruktur yang memadai. Contohnya jalan desa yang sudah diaspal, bangunan sekolah dasar, kantor kepala desa, penerangan listrik dan sarana lainnya.
Entah sejak kapan kawasan hutan Gunung Bongkok itu menjadi satu perkampungan yang kini sudah menjadi desa yang berpenduduk 700 jiwa 200 kepala keluarga (KK) itu. Yang jelas, Desa Capar memiliki keunikan dimana masyarakat setempat menggunakan bahasa pengantar sehari-hari yakni bahasa Sunda.
“Kalau bicara wilayah memang kami warga Jawa Tengah, tapi kami sudah terbiasa menggunakan bahasa Sunda dan mengenal budaya daerah Sunda,” kata Kemed (40), warga Desa Capar.
Berdasarkan keterangan warga, dulu Desa Capar pernah dikosongkan karena situasi saat itu tidak aman. Banyak warga yang merasa ketakutan dari berbagai rongrongan dari pihak yang mengacaukan situasi, sehingga mereka terpaksa harus mengosongkan perkampungan.
Mereka mengungsi ke daerah Cibingbin Kabupaten Kuningan, yang secara geografis letaknya berada di bawah kawasan Gunung Bongkok. Setelah situasi aman, mereka pun kembali pulang ke kampung halamannya.
Di desa ini mereka mengolah lahan pertanian, berdagang dan meemproduksi gula merah. Hasil produk gula merah, mereka jual ke pasar Cibingbin, Kabupaten Kuningan. Biasanya mereka berjalan menelusuri hutan, karena dianggap lebih dekat dibanding harus ke pusat Kecamatan Salem.
Sumber : Kuningan Media
JADILAH ORANG PERTAMA YANG MENGOMENTARI :
Dikirim oleh johan uhan
pada 10.38.
dan Dikategorikan pada
Seni Budaya
.
Kamu dapat meninggalkan komentar atau pesan terkait berita / artikel diatas