Warga Kuningan Tolak Masuk Provinsi Cirebon


Isyu pembentukan Provinsi Cirebon yang memisahkan diri dari Provinsi Jawa Barat semakin santer. Banyak elemen masyarakat di Kabupaten Kuningan yang menyatakan pro dan kontra. Apalagi ketika Dr H Irianto MS Syafiuddin (Yance) melontarkan statemen pedas yang membuat panas kuping masyarakat Kuningan.

Seusai Rakerda Partai Golkar di Silebu, kepada wartawan Yance mengatakan, jika masyarakat Kuningan tidak mendukung pembentukan provinsi Cirebon ketinggalan jaman dan akan terus melarat. Pernyataan Ketua DPD Partai Golkar Jawa Barat yang juga mantan bupati Indramayu itu memicu konflik. Di satu sisi, dia ingin pemerintah dan masyarakat Kabupaten Kuningan turut mendukung pembentukan propinsi Cirebon. Namun, di sisi lain justru memancing antipati dari warga Kuningan.

Menurut Taufiq Sudjana, salah seorang warga Kuningan perantauan mengatakan, meski sekarang merantau, dirinya merasa bahwa Kuningan adalah tanah leluhur, tanah tumpah darah yang harus dibela. Untuk itu, pembentukan propinsi baru bukanlah sebagai perjuangan untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat.

“Coba lihat Banten, apakah sekarang bisa dikatakan kesejahteraan rakyatnya meningkat? Sisi lain dari birokrasi pemprop juga tidak menjamin bakal mewujudkan good and clean governance. Bukan perjuangan mengangkat derajat dan kesejahteraan rakyatnya, yang ada malah membuka lahan bagi perebutan kekuasaan untuk menduduki kursi jajaran pemprop dan unsur lainnya setingkat propinsi,”paparnya kepada Kuningan News melalui telepon genggamnya, Rabu (23/2).

Pembentukan provinsi Cirebon kata Taufiq, merupakan pengingkaran sejarah Sunda. dilihat dari sejarah pemerintahan Cirebon dan Kuningan merupakan penerus atau generasi terakhir dari Keturunan Sri Baduga Maharaja Prabu Niskala Wastu Kancana atau lebih dikenal di masyarakat sebagai Prabu Siliwangi.

“Pangeran Cakrabuana, atau Walangsungsang merupakan anak atau keturunan langsung Prabu Siliwangi. Begitu pun Syarif Hidayatullah atau Sunan Gunung Djati merupakan cucu darinya. Sebab beliau anak kandung dari Nyi Mas Lara Santang, atau adiknya Walangsungsang. Pada masa itu, mereka berdiam di Caruban atau sekarang Cirebon,”terangnya.

Begitu pun dengan Kabupaten Kuningan masih kata Taufiq, Ratu Selawati, Arya Kamuning (Bratawijaya), Ki Gede Luragung merupakan cucu dari Sri Baduga Maharaja Prabu Niskala Wastu Kancana dari Ningrat Kancana. Artinya antara Walangsungsang dengan Pangeran Arya Kamuning masih satu keturunan.

“Kenyataannya, secara prinsip ada perbedaan kultur dan sejarah antara Cirebon dengan Kuningan. Kuningan lebih dekat dengan kesundaan daripada kacirebonan. Begitu pula halnya dengan Majalengka, kenapa harus mendukung pembentukan propinsi Cirebon,”tuturnya setengah bertanya. Propinsi baru ataupun lama, sebetulnya bukan jaminan keadaan akan berubah ke arah yang lebih baik. Perubahan yang harus dilakukan adalah membenahi sistem kinerja dan etos perjuangan untuk bersama-sama mewujudkan penyelenggaraan pemerintahan yang bersih, penegakkan supremasi hukum, meningkatkan kualitas pendidikan, ekonomi, dan kesehatan rakyat. “Bagaimanapun caranya itu, tidak mesti ditempuh dengan pembentukan propinsi baru,”tegasnya.
 

JADILAH ORANG PERTAMA YANG MENGOMENTARI :



Dikirim oleh Bang Apooh pada 08.06. dan Dikategorikan pada , . Kamu dapat meninggalkan komentar atau pesan terkait berita / artikel diatas

1 komentar untuk Warga Kuningan Tolak Masuk Provinsi Cirebon

  1. Satuju mang topik...nanaonan jadi privinsi cirebon, mun jadi ibu kota provinsi na di kuningan hayu lah

Tinggalkan Komentar

BOGOR

.

BEKASI

Pengunjung Online

Jumlah Pengunjung

2010 Lintas Kuningan. All Rights Reserved. - Designed by Lintas Kuningan